KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulisan makalah ini yang berjudul “Gagasan Awal Tentang Belajar“ yang
bertujuan untuk menyelesaikan tugas pembelajaran yang menjadi standar
kompetensi di semester ini.
Penyusunan Karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Hj. Sudarmin
Usman, M.Pd selaku dosen
mata kuliah yang telah membimbing dan mengarahkan penulis untuk dapat
menyelesaikan makalah ini.
2. Semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan tambahan
pengetahuan dan manfaat bagi semua pihak, baik secara teoritis maupun praktis.
Penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharap segala bentuk kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini nanti dapat memberikan pengetahuan lebih
dan kontribusi yang positif bagi perkembangan pendidikan.
Wassalamua’alaikum
Wr. Wb
Watansoppeng, 13 Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR
.............................................................................................. 2
DAFTAR ISI
............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
........................................................................................ 4
1.1 Latar
Belakang
.................................................................................................... 4
1.2 Rumusan
Masalah
............................................................................................... 4
1.3 Tujuan
Penulisan
................................................................................................. 5
1.4 Manfaat
Penulisan ............................................................................................... 5
BAB II
PEMBAHASAN...........................................................................................
6
2.1 Pengertian
Gagasan Awal Belajar ......................................................................
6
2.2 Behaviorisme
....................................................................................................... 8
2.2.1 Penerapan Behaviorisme Dalam
Pembelajaran ................................................ 9
2.2.2 Kekurangan dan Kelebihan
Behaviorisme ....................................................... 9
2.3 Kognitivisme
...................................................................................................... 10
2.3.1 Pengertian Kognitivisme................................................................................... 10
2.3.2 Penerapan Kognitif Dalam Pembelajaran
........................................................ 11
2.3.3 Kekurangan dan Kelebihan
Kognitivisme ....................................................... 12
2.4 Konstruktivisme
................................................................................................. 13
2.4.1 Proses Belajar Konstruktivisme
...................................................................... 13
2.4.2 Kekurangan dan Kelebihan
Konstruktivisme ................................................... 14
BAB III PENUTUP...................................................................................................
16
3.1 Simpulan
..............................................................................................................
16
3.2 Saran
....................................................................................................................
16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pengetahuan
awal siswa umumnya bersifat resisten, oleh karena itu pengetahuan awal siswa
harus benar-benar diperhatikan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.
Pengetahuan awal siswa merupakan gagasan-gagasan yang terbentuk dari
pembelajaran informal dalam proses memahami pengalaman sehari-hari. Sebagian
besar dari gagasan-gagasan ini lebih bersifat sebagai pengetahuan sehari-hari
daripada sebagai pengetahuan ilmiah.
Banyak peserta
didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh gurunya. Hal ini menunjukkan
bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan, melainkan harus
dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik tersebut. Peran guru dalam
pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan, tetapi hanya sebagai
fasilitator, yang menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran,
bimbingan dan bantuan ketika peserta didik, mengalami kesulitan belajar,
ataupun menyediakan media dan materi pembelajaran agar peserta didik itu
merasa termotivasi, tertarik untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi
bermakna dan ahirnya peserta didik tersebut mampu mengkontruksi sendiri pengetahuaanya.
Teori belajar
merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana siswa belajar, sehingga
membantu kita semua memahami proses dari belajar.
Dan dari sini perlu di ketahui terlebih dahulu apa itu gagasan awal belajar
dari peserta didik. Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu
behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut:
a.
Apa tujuan
mengetahui gagasan awal belajar terlebih dahulu?
b.
Bagaimana perspektif utama dalam teori belajar, yaitu
behaviorisme, kognitivisme, konstruktivme bisa diaplikasikan ke dalam
pembelajaran?
1.3
Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan
masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah adalah sebagai berikut :
a.
Mengetahui gagasan awal belajar.
b.
Mengetahui perspektif utama dalam teori
belajar, yaitu behaviorisme, kognitivisme, konstruktivme bisa
diaplikasikan ke dalam pembelajaran.
1.4 Manfaat
Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah adalah
sebagai berikut :
a.
Penulis mengetahui gagasan awal belajar.
b.
Penulis mengetahui perspektif utama dalam
teori belajar, yaitu behaviorisme, kognitivisme, konstruktivme bisa
diaplikasikan ke dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Gagasan Awal
Belajar
Epistemology merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan
hakikat pengetahuan. Banyak sekali pertanyaan tentang pengetahuan. Entah apa
itu pengetahuan? Apa batas pengetahuan? Pertanyaan tentang apa itu pengatahuan
sudah ada sejak zaman yunani kuno. Dalam hal ini tokoh yang berpengaruh
terdapat filsafat tersebut ialah Plato dan Aristoteles.
1.
Plato
Plato percaya bahwa adalah diwariskan
dan karenanya merupakan komponen natural dari pikiran manusia. Seseorang
mendapatkan pengetahuan dengan merenungi isi dari pikiran seseorang. Pikiran
harus terlibat dalam instropeksi (perenungan) untuk mengungkap pengetahuan yang
diwariskan (427-347 SM:31).
Plato menjelaskan pengetahuan itu
diwariskan. Di dalam pelajaran bahasa daerah (Jawa) terdapat berbagai macam
aspek atau kurikulum yang dinilai. Diantaranya tembang, pewayangan, menulis
akasara jawa, gegurita dan sebagainya. Sebagai calon guru bahasa daerah kita
harus mengetahui terlebih dahulu apa potensi dan bakat yang dimiliki oleh
setiap peserta didik. Ada yang dari lahir, ada yang dari bakat keluarga, bahkan
mungkin ada yang belum memiliki bakat sama sekali.
Guru memilah-milah berbagai jenis
potensi siswa. Kemudian ini bisa dimanfaatkan untuk membentuk suasana aktif di
dalam kelas. Guru meminta siswa yang sudah memiliki bakat untuk mencontohkannya
kepada teman-teman yang lain. Sehingga mereka bisa berbagi ilmu satu dengan yang
lainnya.
Teori Pengetahuan Kenangan
Menurut Plato
setiap objek di dunia memiliki idea tau bentuk abstrak yang menyebabkannya.
Maksudnya semua unsure fisik yang ada itu mempunyai asal usul. Diantaranya
Kursi dari pohon yang melalui beberapa proses sehingga menjadi benda yang
berguna. Begitu juga dengan ilmu yang memanfaatkan indrawi untuk memperoleh
ilmu. Indrawi menghasilkan bentuk abstrak atau ide abstrak melalui hal yang
pernah didengar, dilihat, diraba dan sebagainya. Sehingga ini bisa mengingatkan
kita tentang apa-apa yang telah kita ketahui.
Cara penerapan
prinsip Teori Pengetahuan Kenangan yang disampaikan oleh plato ialah, sebagai
guru meminta siswa mengingat kejadian di masa lampau yang berhubungan dengan
materi. Misal setelah liburan akhir semester guru bertanya kepada siswa apa
yang dilakukan siswa selama liburan berlangsung. Setelah siswa mengingatnya
maka guru meminta mengapresiasikannya ke dalam wujud cerita. Tentu ini sangat
bermanfaat untuk mengembangkan daya ingat dan kreativitas siswa.
2.
Aristoteles
Aristoteles ini adalah murid Plato yang
awalnya menganut ajaran Plato yang kemudian berbeda pendapat denganya.
Perbedaannya adalah dalam sikap mereka terhada informasi indrawi. Plato
mengatakan informasi indrawi merupakan hal yang tak bisa di percaya karena masi
bersifat abstrak. Sedangkan Aristoteles mendukung observasi empiris. Dia
menganggap indrawi merupakan pengetahuan pikiran yang kemudian
perlu proses perenungan untuk menemukan hokum-hukum yang ada di dalamnya.
(384-322 SM :33)
Penerapan dari pendapat Aristoles ialah
masi sama dengan penerapan Plato. guru meminta siswa mengingat kejadian di masa
lampau yang berhubungan dengan materi. Kemudian guru meminta siswa untuk
menganalisis aspek-aspek dari pelajaran yang telah ada. Guru meminta setelah
liburan akhir semester guru bertanya kepada siswa apa yang dilakukan siswa
selama liburan berlangsung. Setelah siswa mengingatnya maka guru meminta siswa
untuk mengapresiasikannya ke dalam bentuk sosio drama. Guru meminta mana bagian
awal, konflik, klimaks, hingga penyelesaian. Tentu ini pun juga sangat
bermanfaat untuk mengembangkan daya ingat dan kreativitas siswa
Selain pendapat dari Aristoteles dan
Plato masi banyak lagi pendapat para ahli mengenai pengetahuan dan gagasan
belajar. Sebagai guru harus bisa mengondisikan kelas dengan baik. Menemukan
strategi belajar, materi, metode-metode yang tepat agar peserta didik bisa
menangkap ilmu dengan baik.
2.2 Behaviorisme
Fokus behaviorisme
adalah respons terhadap berbagai tipe stimulus. Salah satu
tokoh yang memberikan pengaruh kuat pada aliran ini adalah Ivan Pavlov dengan
teorinya yang disebut classical conditioning.
Prinsip-prinsip
Pengkondisian Klasik Pavlov (1849-1936)
Pavlov berhasil
mengidentifikasi empat proses: acquisition (akuisisi /fase dengan
pengkondisian), extinction (eliminasi /fase tanpa pengkondisian),
generalization (generalisasi), dan discrimination (diskriminasi) yang disebut
classical conditioning..
a.
Fase Akuisisi
Merupakan fase belajar permulaan dari respons kondisi sebagai contoh
mengajari peserta didik menyanyikan tembang macapat, maka perlu dilakukan
stimulus berupa nada nada dasar / titi laras. Beberapa faktor dapat
mempengaruhi kecepatan pengkondisian selama fase akuisisi. Faktor yang paling
penting adalah urutan dan waktu stimulus. Pengaruh keadaan terjadi paling cepat
ketika stimulus kondisi (pencontohan) mendahului stimulus utama
(nada/titilaras) dengan selang waktu setengah detik. Pengkondisian memerlukan
waktu lebih lama dan respons yang terjadi lebih lemah bila dilakukan penundaan
yang lama antara pemberian stimulus kondisi dengan stimulus utama.
b. Fase Eliminasi
Sekali telah dipelajari, suatu respons dengan kondisi tidaklah diperlukan
secara permanen. Istilah extinction (eliminasi) digunakan untuk menjelaskan
eliminasi respons kondisi dengan mengulang-ulang stimulus kondisi tanpa
stimulus utama. Jika seorang siswa yang awalnya di beri nada-nada dasar
kemudian beranjak langsung ke macapat dengan mengeliminasi nada nada dasar
tersebut.
c. Generalisasi
Misal seorang siswa sebelum belajar bagian dari sebuah pelajaran mereka
takut karena tidak bisa pada 1 bab. Maka dengan kata lain di bab berikutnya dia
akan lebih takut lagi. Fenomena ini disebut generalisasi. Sebagai contoh, siswa
tersebut ketakutannya menjadi berkurang terhadap bab sebelumnya yang mungkin
lebih mudah.
d. Diskriminasi
Kebalikan dari generalisasi adalah diskriminasi, yaitu ketika seorang
individu belajar menghasilkan respons kondisi pada satu stimulus namun tidak
dari stimulus yang sama namun kondisinya berbeda. Sebagai contoh, seorang anak
memperlihatkan respons takut pada suatu bab pelajaran, namun mungkin
memperlihatkan rasa tidak takut ketika bab pelajaran itu dipelajari di lain
waktu.
2.2.1
Penerapan Behaviorisme Dalam Pembelajaran
Langkah-langkah
pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang dikemukakan oleh
siciati dan prasetia irawan (2001) dapat digunakan dalam merancang
pembelajaran. Langkah-langkah tersebut meliputi:
a. Menentukan
tujuan-tujaun pembelajaran.
b. Menagnalisis
lingkungan kelas yang ada.
c. Menentukan
materi pembelajaran.
d. Memecah
materi pelajaran menjadi kecil-kecil.
e. Menyajikan
materi pelajran.
f. Memberikan
stimulus.
g. Mengamati
dan mengkaji respons yang diberikan siswa.
h. Memberikan
penguatan (penguatan positif ataupun penguatan negatif), ataupun hukuman.
i. Memberikan
stimulus baru.
j. Mengamati
dan mengkaji respons yang diberikan siswa.
k. Memberikan
penguatan lanjutan atau hukuman.
l. Evaluasi
hasil belajar
2.2.2
Kekurangan dan Kelebihan Behaviorisme
Kekurangan
1. Pembelajaran
pada guru, bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati
dan diukur.
2. Murid hanya
mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar
dan dipandang.
3. tidak mampu
menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal
yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah.
4. tidak mampu
menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon.
Kelebihan
1. Sangat cocok
untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan
daya tahan.
2. Mampu
mengarahkan siswa untuk berfikir linier
3. membawa siswa
menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk
bisa bebas berkreasi dan berimajinasi.
2.3
Kognitivisme
2.3.1 Pengertian Kognitivisme
Teori belajar kognitif menekankan pada cara–cara seseorang menggunakan
pikirannya untuk belajar, mengingat, dan menggunakan pengetahuan yang telah di
peroleh dan disimpan dalam pikranya secara efektif. Psikologi kognitif
menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada
diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri.
Faktor-faktor intern itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk
mengenal dunia luar dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon
terhadap stimulus. Berdasarkan pada pandangan tersebut teori belajar psikologi
kognitif memandang belajar sebagai proses perfungsian kognisi, terutama unsur
pikiran, dengan kata lain bahwa aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan
pada proses internal dalam pikiran yakni proses pengolahan informasi.
Guru bisa menerapkan teori ini kepada peserta
didiknya dalam pembelajaran bahasa Jawa. Yaitu guru tidak memberi stimulus
apapun. Guru memberi materi dengan hanya menyebutkan babnya saja. Misalnya
sampai pada bab pelajaran menyimak berita. Tanpa menerangkan terlebih dahulu,
guru memberikan tugas mencari pengertiannya, contohnya, dan hal lainnya.
Salah satu tokoh yang terkenal ialah Piaget. Piaget memandang bahwa proses
berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju
abstrak. Menurut Piaget “Pengetahuan itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk
kesadaran apriori yang sudah ditetapkan di dalam diri subyek, ia bentukan
perseptual, oleh pertukaran antara organisme dan lingkungan dari sudut tinjauan
biologi dan antara fikiran dan obyeknya menurut tinjauan kognitif.” (1980:110)
Menurut Jean Piagiet, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga
tahapan, yaitu:
1. Asimilasi yaitu proses penyatuan
(pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam
benak siswa. Asimilasi terjadi jika pengetahuan baru yang diterima seseorang
cocok dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang tersebut.
Contoh, bagi siswa yang sudah mengetahui prinsip node node (titi laras),
jika gurunya memperkenalkan pada tahap selanjutnya seperti tembang, maka proses
pengintegrasian antara prinsip nada dasar (yang sudah ada dalam benak siswa),
dengan prinsip tembang (sebagai informasi baru) itu yang disebut asimilasi.
2. Akomodasi yaitu penyesuaian
struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Akomodasi terjadi jika
struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang harus direkonstruksi / di kode
ulang disesuaikan dengan informasi yang baru diterima. Contoh, jika siswa
diberi soal bagaimana mengubah bahasa dari tingkat rendah ke jenjang lebih
tinggi, maka berarti pemakaian (aplikasi) prinsip bahasa tersebut dalam situasi
yang baru dan spesifik itu yang disebut akomodasi.
3. Equilibrasi (penyeimbangan)
yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Dalam teori
perkembangan kognitif ini Piaget juga menekankan pentingnya penyeimbangan (equilibrasi)
agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuan sekaligus
menjaga stabilitas mentalnya. Equilibrasi ini dapat dimaknai sebagai sebuah
keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan
pengalaman luar dengan struktur dalamya. Proses perkembangan intelek seseorang
berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan
akomodasi. Contoh, agar siswa tersebut dapat terus berkembang dan menambah
ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga stabilitas mental dalam dirinya yang
memerlukan proses penyeimbangan antara “dunia dalam” dan “dunia luar”.
Maksudnya siswa mengontrol sendiri dari dalam tentang ilmunya.
2.3.2
Penerapan Kognitif Dalam Pembelajaran
Dalam penerapan
kognitif dalam pembelajaran, hal-hal yang dapat dilakukan guru sebagai
fasilitator dalam kegiatan belajar adalah sebagai berikut:
a.
Guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai seorang dewasa yang mudah dalam
proses berpikirnya.
b.
Guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari
sederhana ke kompleks.
c.
Guru menciptakan pembelajaran yang bermakna.
d.
Guru memperhatikan perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan
siswa.
2.3.3
Kekurangan dan Kelebihan
Kognitivisme
a. Kekurangan
1.
Teori kognitif menekankan pada kemampuan ingatan peserta didik, sehingga
kelemahannya adalah selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai
kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
2.
metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam mengeksplorasi atau
mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam mencarinya,
karena pada dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara yang
berbeda-beda.
3.
Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan
peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan .
4.
Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa adanya
metode pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek kegiatan
atau materi.
b. Kelebihan
1.
Mengutamakan pengembangan pengetahuan yang dimiliki setiap individu.
2.
Pendidik hanya perlu memeberikan dasar-dasar dari materi yang diajarkan untuk
pengembangan dan kelanjutannya deserahkan pada peserta didik, dan pendidik
hanya perlu memantau, dan menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah
diberikan.
3.
Pendidik dapat memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk
mengingat semua materi-materi yang diberikan.
4.
Peserta didik bisa mengkreasikan hal-hal baru yang belum ada atau menginovasi
hal yang yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.
5.
Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan, dan mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya.
2.4
Konstruktivisme
Salah satu prinsip psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak begitu saja
memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa yang harus aktif membangun
pengetahuan dalam pikiran mereka. Tokoh yang berperan pada teori ini adalah
Jean Piaget. Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang
bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang
dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar
sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon,
kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau
menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan
pengalamanya.
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori
belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget yang merupakan
bagian dari teori kognitif juga. Teori ini biasa juga disebut teori
perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar
tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap
perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Piaget menemukakan bahwa
pengetahuan konseptual tidak dapat ditransfer dari seseorang ke orang lainnya,
malainkan harus di konstruk oleh setiap orang berdasar pengalaman mereka
sendiri. (1995:11)
2.4.1
Proses Belajar Kontruktivisme
a. Peranan siswa
Belajar
merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan
oleh si belajar.Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun
konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang dipelajari. Pandangan
kontruktivisme memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan
awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar
dalam mengkontruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu, meskipun kemampuan
awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru,
sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.
Diantaranya
ketika guru memberi tugas mencari berita. Kemudian siswa mengumpulkan tugas
tersebut, sebaiknya guru menerimanya terlebih dahulu. Dan jika ada kekurangan
maka guru member nasihat yang baik agar bisa dijadikan bmbingan bagi siswa.
b. Peranan Guru
Strategi memperoleh lebih
diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah membantu proses tersebut :
1.
Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.
2.
Memberikan kesempatan bagi siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri,dan
Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Belajar kontruktivistik guru atau
pendidik berperan membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa
berjalan lancer. Guru tidak menstransferkan pengetahuan yang telah dimilkinya,
melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut
untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru
tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah sama dengan
kemauannya.
.
2.4.2
Kekurangan Dan Kelebihan Konstruktivisme
a. Kekurangan
1. Pada dasarnya
guru hanya memberi penjelasan saja saat pembelajaran sehingga peserta didik
dituntut untuk hanya memahami saja tanpa terlibar secara langsung dalam
mengaplikasikan sebuah situasi baru.
2. Membahas
tentang sifat seorang guru, guru seharusnya tidak berperan sebagai orang yang
kaku dan harus ditakuti, guru seharusnya berperan sebagai teman bagi peserta
didiknya sehingga peserta didik dapat beriteraksi dengan baik dalam membina
pengetahuan baru.
3. Guru itu
panutan bagi siswanya, kadang ada guru yang sering berkata kasar di depan
siswanya, jika metode ini maka siswa berbicara kotor dengan alasan meniru guru.
b. Kelebihan
1.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan dengan
menggunakan bahasa siswa sendiri,
2.
Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan siswa yang telah dimiliki
siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa
memperluas pengetahuan mereka dan memiliki kesempatan untuk merangkai
pengetahuannya
3.
Memberi kesempatan siswa untuk berpikir tentang pengalamannya. Sehingga kreatif
dan imajinatif
4.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong
untuk memperoleh kepercayaan diri dan akhirnya memotivasi siswa untuk
menggunakan berbagai strategi belajar
5.
Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari
kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan
gagasan mereka
c.
Memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan
gagasan dan saling menyimak
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Gagasan awal belajar merupakan langkah atau
tahap awal dalam belajar. Dimana sebagai pengajar harus menentukan terlebih
dahulu metode apa yang akan di gunakan dalam proses belajar dan mengajar.
Dengan demikian proses belajar mengajar akan berjalan lancar dan sesuai dengan
harapan.
Bhaviorisme terhadap belajar adalah pemahaman terhadap kejadian-kejadian di
lingkungan untuk memprediksi perilaku seseorang. Fokus behaviorisme adalah respons terhadap berbagai tipe stimulus
Belajar kognitif memandang belajar sebagai
proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat
mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar.
Kontruktivisme adalah sebagai pembelajaran
yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang
dipelajari. Apa yang dilalui dalam proses pembelajaran selama ini merupakan
himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman.
1.2 Saran
Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi
yang dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirian bukan ditanamkan oleh
guru. Para siswa harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi
pengalaman baru kedalam kerangka kognitifnya.
Guru harus memahami model-model mental yang digunakan para siswa untuk
mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkan dan yang dibuat para
sisiwa untuk mendukung model-model itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar