Selasa, 26 September 2017

GAGASAN AWAL TENTANG BELAJAR



KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
            Penulisan makalah ini yang berjudul “Gagasan Awal Tentang Belajar“ yang bertujuan untuk menyelesaikan tugas pembelajaran yang menjadi standar kompetensi di semester ini.
            Penyusunan Karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.    Dra. Hj. Sudarmin Usman, M.Pd selaku dosen mata kuliah yang telah membimbing dan mengarahkan penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
2.    Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
            Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan manfaat bagi semua pihak, baik secara teoritis maupun praktis.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharap segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini nanti dapat memberikan pengetahuan lebih dan kontribusi yang positif bagi perkembangan pendidikan.
Wassalamua’alaikum Wr. Wb

Watansoppeng, 13 Oktober 2015


                                                                                                                        Penulis  






DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................       1
KATA PENGANTAR ..............................................................................................       2
DAFTAR ISI .............................................................................................................       3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................        4
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................       4
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................       4
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................       5
1.4 Manfaat Penulisan ...............................................................................................       5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................       6
2.1 Pengertian Gagasan Awal Belajar ......................................................................        6
2.2 Behaviorisme .......................................................................................................       8
2.2.1 Penerapan Behaviorisme Dalam Pembelajaran ................................................       9
2.2.2 Kekurangan dan Kelebihan Behaviorisme .......................................................       9
2.3  Kognitivisme ......................................................................................................       10
2.3.1 Pengertian Kognitivisme...................................................................................       10
2.3.2 Penerapan Kognitif Dalam Pembelajaran ........................................................       11
2.3.3 Kekurangan dan Kelebihan Kognitivisme .......................................................       12
2.4  Konstruktivisme .................................................................................................       13
2.4.1 Proses Belajar Konstruktivisme  ......................................................................       13
2.4.2 Kekurangan dan Kelebihan Konstruktivisme ...................................................      14
BAB III PENUTUP...................................................................................................       16
3.1 Simpulan ..............................................................................................................      16
3.2 Saran ....................................................................................................................      16




BAB I
PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang
Pengetahuan awal siswa umumnya bersifat resisten, oleh karena itu pengetahuan awal siswa harus benar-benar diperhatikan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai. Pengetahuan awal siswa merupakan gagasan-gagasan yang terbentuk dari pembelajaran informal dalam proses memahami pengalaman sehari-hari. Sebagian besar dari gagasan-gagasan ini lebih bersifat sebagai pengetahuan sehari-hari daripada sebagai pengetahuan ilmiah.
Banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik tersebut. Peran guru dalam pembelajaran bukan  pemindahan pengetahuan, tetapi hanya sebagai fasilitator, yang menyediakan stimulus  baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan ketika peserta didik, mengalami kesulitan belajar, ataupun menyediakan media dan materi pembelajaran agar  peserta didik itu merasa termotivasi, tertarik untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan ahirnya peserta didik tersebut mampu mengkontruksi sendiri  pengetahuaanya.
Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana siswa belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses dari belajar. Dan dari sini perlu di ketahui terlebih dahulu apa itu gagasan awal belajar dari peserta didik. Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.


1.2              Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut:
a.       Apa tujuan mengetahui gagasan awal belajar terlebih dahulu?
b.       Bagaimana perspektif utama dalam teori belajar, yaitu behaviorisme, kognitivisme, konstruktivme bisa diaplikasikan ke dalam pembelajaran?


1.3               Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah adalah sebagai berikut :
a.        Mengetahui gagasan awal belajar.
b.        Mengetahui perspektif utama dalam teori belajar, yaitu behaviorisme, kognitivisme, konstruktivme bisa diaplikasikan ke dalam pembelajaran.
1.4        Manfaat Penulisan
             Manfaat dari penulisan makalah adalah sebagai berikut :
a.         Penulis mengetahui gagasan awal belajar.
b.         Penulis mengetahui perspektif utama dalam teori belajar, yaitu behaviorisme, kognitivisme, konstruktivme bisa diaplikasikan ke dalam pembelajaran.

      

BAB II
PEMBAHASAN


2.1         Pengertian Gagasan Awal Belajar 
Epistemology  merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan hakikat pengetahuan. Banyak sekali pertanyaan tentang pengetahuan. Entah apa itu pengetahuan? Apa batas pengetahuan? Pertanyaan tentang apa itu pengatahuan sudah ada sejak zaman yunani kuno. Dalam hal ini tokoh yang berpengaruh terdapat filsafat tersebut ialah Plato dan Aristoteles.
1.      Plato
Plato percaya bahwa adalah diwariskan dan karenanya merupakan komponen natural dari pikiran manusia. Seseorang mendapatkan pengetahuan dengan merenungi isi dari pikiran seseorang. Pikiran harus terlibat dalam instropeksi (perenungan) untuk mengungkap pengetahuan yang diwariskan (427-347 SM:31).
Plato menjelaskan pengetahuan itu diwariskan. Di dalam pelajaran bahasa daerah (Jawa) terdapat berbagai macam aspek atau kurikulum yang dinilai. Diantaranya tembang, pewayangan, menulis akasara jawa, gegurita dan sebagainya. Sebagai calon guru bahasa daerah kita harus mengetahui terlebih dahulu apa potensi dan bakat yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Ada yang dari lahir, ada yang dari bakat keluarga, bahkan mungkin ada yang belum memiliki bakat sama sekali.
Guru memilah-milah berbagai jenis potensi siswa. Kemudian ini bisa dimanfaatkan untuk membentuk suasana aktif di dalam kelas. Guru meminta siswa yang sudah memiliki bakat untuk mencontohkannya kepada teman-teman yang lain. Sehingga mereka bisa berbagi ilmu satu dengan yang lainnya.

Teori Pengetahuan Kenangan
Menurut Plato setiap objek di dunia memiliki idea tau bentuk abstrak yang menyebabkannya. Maksudnya semua unsure fisik yang ada itu mempunyai asal usul. Diantaranya Kursi dari pohon yang melalui beberapa proses sehingga menjadi benda yang berguna. Begitu juga dengan ilmu yang memanfaatkan indrawi untuk memperoleh ilmu. Indrawi menghasilkan bentuk abstrak atau ide abstrak melalui hal yang pernah didengar, dilihat, diraba dan sebagainya. Sehingga ini bisa mengingatkan kita tentang apa-apa yang telah kita ketahui.
Cara penerapan prinsip Teori Pengetahuan Kenangan yang disampaikan oleh plato ialah, sebagai guru meminta siswa mengingat kejadian di masa lampau yang berhubungan dengan materi. Misal setelah liburan akhir semester guru bertanya kepada siswa apa yang dilakukan siswa selama liburan berlangsung. Setelah siswa mengingatnya maka guru meminta mengapresiasikannya ke dalam wujud cerita. Tentu ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan daya ingat dan kreativitas siswa.

2.      Aristoteles
Aristoteles ini adalah murid Plato yang awalnya menganut ajaran Plato yang kemudian berbeda pendapat denganya. Perbedaannya adalah dalam sikap mereka terhada informasi indrawi.  Plato mengatakan informasi indrawi merupakan hal yang tak bisa di percaya karena masi bersifat abstrak. Sedangkan Aristoteles  mendukung observasi empiris. Dia menganggap  indrawi merupakan pengetahuan pikiran yang kemudian  perlu proses perenungan  untuk menemukan hokum-hukum yang ada di dalamnya. (384-322 SM :33)

Penerapan dari pendapat Aristoles ialah masi sama dengan penerapan Plato. guru meminta siswa mengingat kejadian di masa lampau yang berhubungan dengan materi. Kemudian guru meminta siswa untuk menganalisis aspek-aspek dari pelajaran yang telah ada. Guru meminta setelah liburan akhir semester guru bertanya kepada siswa apa yang dilakukan siswa selama liburan berlangsung. Setelah siswa mengingatnya maka guru meminta siswa untuk mengapresiasikannya ke dalam bentuk sosio drama. Guru meminta mana bagian awal, konflik, klimaks, hingga penyelesaian. Tentu ini pun juga sangat bermanfaat untuk mengembangkan daya ingat dan kreativitas siswa
Selain pendapat dari Aristoteles dan Plato masi banyak lagi pendapat para ahli mengenai pengetahuan dan gagasan belajar. Sebagai guru harus bisa mengondisikan kelas dengan baik. Menemukan strategi belajar, materi, metode-metode yang tepat agar peserta didik bisa menangkap ilmu dengan baik.




2.2       Behaviorisme

Fokus behaviorisme adalah respons terhadap berbagai tipe stimulus. Salah satu tokoh yang memberikan pengaruh kuat pada aliran ini adalah Ivan Pavlov dengan teorinya yang disebut classical conditioning.
Prinsip-prinsip Pengkondisian Klasik Pavlov (1849-1936)
Pavlov berhasil mengidentifikasi empat proses: acquisition (akuisisi /fase dengan pengkondisian), extinction (eliminasi /fase tanpa pengkondisian), generalization (generalisasi), dan discrimination (diskriminasi) yang disebut classical conditioning..
a.         Fase Akuisisi
Merupakan fase belajar permulaan dari respons kondisi sebagai contoh mengajari peserta didik menyanyikan tembang macapat, maka perlu dilakukan stimulus berupa nada nada dasar / titi laras. Beberapa faktor dapat mempengaruhi kecepatan pengkondisian selama fase akuisisi. Faktor yang paling penting adalah urutan dan waktu stimulus. Pengaruh keadaan terjadi paling cepat ketika stimulus kondisi (pencontohan) mendahului stimulus utama (nada/titilaras) dengan selang waktu setengah detik. Pengkondisian memerlukan waktu lebih lama dan respons yang terjadi lebih lemah bila dilakukan penundaan yang lama antara pemberian stimulus kondisi dengan stimulus utama.
b.          Fase Eliminasi
Sekali telah dipelajari, suatu respons dengan kondisi tidaklah diperlukan secara permanen. Istilah extinction (eliminasi) digunakan untuk menjelaskan eliminasi respons kondisi dengan mengulang-ulang stimulus kondisi tanpa stimulus utama. Jika seorang siswa yang awalnya di beri nada-nada dasar kemudian beranjak langsung ke macapat dengan mengeliminasi nada nada dasar tersebut.
c.           Generalisasi
Misal seorang siswa sebelum belajar bagian dari sebuah pelajaran mereka takut karena tidak bisa pada 1 bab. Maka dengan kata lain di bab berikutnya dia akan lebih takut lagi. Fenomena ini disebut generalisasi. Sebagai contoh, siswa tersebut ketakutannya menjadi berkurang terhadap bab sebelumnya yang mungkin lebih mudah.
d.           Diskriminasi
Kebalikan dari generalisasi adalah diskriminasi, yaitu ketika seorang individu belajar menghasilkan respons kondisi pada satu stimulus namun tidak dari stimulus yang sama namun kondisinya berbeda. Sebagai contoh, seorang anak memperlihatkan respons takut pada suatu bab pelajaran, namun mungkin memperlihatkan rasa tidak takut ketika bab pelajaran itu dipelajari di lain waktu.

2.2.1              Penerapan Behaviorisme Dalam Pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang dikemukakan oleh siciati dan prasetia irawan (2001) dapat digunakan dalam merancang pembelajaran. Langkah-langkah tersebut meliputi:
a. Menentukan tujuan-tujaun pembelajaran.
b. Menagnalisis lingkungan kelas yang ada.
c. Menentukan materi pembelajaran.
d. Memecah materi pelajaran menjadi kecil-kecil.
e. Menyajikan materi pelajran.
f. Memberikan stimulus.
g. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa.
h. Memberikan penguatan (penguatan positif ataupun penguatan negatif), ataupun hukuman.
i. Memberikan stimulus baru.
j. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa.
k. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman.
l. Evaluasi hasil belajar

2.2.2              Kekurangan dan Kelebihan Behaviorisme
Kekurangan
1.      Pembelajaran pada guru, bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
2.      Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang.
3.      tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah.
4.      tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon.
Kelebihan
1.      Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.
2.      Mampu mengarahkan siswa untuk berfikir linier
3.      membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk bisa bebas berkreasi dan berimajinasi.

2.3              Kognitivisme
       2.3.1 Pengertian Kognitivisme
Teori belajar kognitif menekankan pada cara–cara seseorang menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat, dan menggunakan pengetahuan yang telah di peroleh dan disimpan dalam pikranya secara efektif. Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor intern itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pada pandangan tersebut teori belajar psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses perfungsian kognisi, terutama unsur pikiran, dengan kata lain bahwa aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal dalam pikiran yakni proses pengolahan informasi.
Guru bisa menerapkan teori ini kepada peserta didiknya dalam pembelajaran bahasa Jawa. Yaitu guru tidak memberi stimulus apapun. Guru memberi materi dengan hanya menyebutkan babnya saja. Misalnya sampai pada bab pelajaran menyimak berita. Tanpa menerangkan terlebih dahulu, guru memberikan tugas mencari pengertiannya, contohnya, dan hal lainnya.
Salah satu tokoh yang terkenal ialah Piaget. Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Menurut Piaget “Pengetahuan itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk kesadaran apriori yang sudah ditetapkan di dalam diri subyek, ia bentukan perseptual, oleh pertukaran antara organisme dan lingkungan dari sudut tinjauan biologi dan antara fikiran dan obyeknya menurut tinjauan kognitif.” (1980:110)
Menurut Jean Piagiet, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
1.        Asimilasi yaitu proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Asimilasi terjadi jika pengetahuan baru yang diterima seseorang cocok dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang tersebut.  Contoh, bagi siswa yang sudah mengetahui prinsip node node (titi laras), jika gurunya memperkenalkan pada tahap selanjutnya seperti tembang, maka proses pengintegrasian antara prinsip nada dasar (yang sudah ada dalam benak siswa), dengan prinsip tembang (sebagai informasi baru) itu yang disebut asimilasi.
2.        Akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Akomodasi terjadi  jika struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang harus direkonstruksi / di kode ulang disesuaikan dengan informasi yang baru diterima.  Contoh, jika siswa diberi soal bagaimana mengubah bahasa dari tingkat rendah ke jenjang lebih tinggi, maka berarti pemakaian (aplikasi) prinsip bahasa tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik itu yang disebut akomodasi.
3.        Equilibrasi (penyeimbangan) yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Dalam teori perkembangan kognitif ini Piaget juga menekankan pentingnya penyeimbangan (equilibrasi) agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuan sekaligus menjaga stabilitas mentalnya. Equilibrasi ini dapat dimaknai sebagai sebuah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya. Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi. Contoh, agar siswa tersebut dapat terus berkembang dan menambah ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga stabilitas mental dalam dirinya yang memerlukan proses penyeimbangan antara “dunia dalam” dan “dunia luar”. Maksudnya siswa mengontrol sendiri dari dalam tentang ilmunya.

2.3.2              Penerapan Kognitif Dalam Pembelajaran
Dalam penerapan kognitif dalam pembelajaran, hal-hal yang dapat dilakukan guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar adalah sebagai berikut:
a.         Guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai seorang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya.
b.         Guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks.
c.         Guru menciptakan pembelajaran yang bermakna.
d.         Guru memperhatikan perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.


2.3.3                 Kekurangan dan Kelebihan Kognitivisme
a.        Kekurangan
1.      Teori kognitif menekankan pada kemampuan ingatan peserta didik, sehingga kelemahannya adalah selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
2.      metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda.
3.      Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan .
4.      Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa adanya metode pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek kegiatan atau materi.
b.        Kelebihan
1.      Mengutamakan pengembangan pengetahuan yang dimiliki setiap individu.
2.      Pendidik hanya perlu memeberikan dasar-dasar dari materi yang diajarkan untuk pengembangan dan kelanjutannya deserahkan pada peserta didik, dan pendidik hanya perlu memantau, dan menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah diberikan.
3.      Pendidik dapat memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-materi yang diberikan.
4.      Peserta didik bisa mengkreasikan hal-hal baru yang belum ada atau menginovasi hal yang yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.
5.      Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan, dan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya.

2.4              Konstruktivisme
Salah satu prinsip psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa yang harus aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka. Tokoh yang berperan pada teori ini adalah Jean Piaget. Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya.
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget yang merupakan bagian dari teori kognitif juga. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Piaget menemukakan bahwa pengetahuan konseptual tidak dapat ditransfer dari seseorang ke orang lainnya, malainkan harus di konstruk oleh setiap orang berdasar pengalaman mereka sendiri. (1995:11)

2.4.1           Proses Belajar Kontruktivisme
a.      Peranan siswa
Belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar.Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang dipelajari. Pandangan kontruktivisme memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkontruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu, meskipun kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.
Diantaranya ketika guru memberi tugas mencari berita. Kemudian siswa mengumpulkan tugas tersebut, sebaiknya guru menerimanya terlebih dahulu. Dan jika ada kekurangan maka guru member nasihat yang baik agar bisa dijadikan bmbingan bagi siswa.
b.      Peranan Guru
Strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah membantu proses tersebut :
1.      Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan  bagi siswa.
2.      Memberikan kesempatan bagi siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri,dan Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Belajar kontruktivistik guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancer. Guru tidak menstransferkan pengetahuan yang telah dimilkinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah sama dengan kemauannya.
.
2.4.2                  Kekurangan Dan Kelebihan Konstruktivisme
a.        Kekurangan
1.      Pada dasarnya guru hanya memberi penjelasan saja saat pembelajaran sehingga peserta didik dituntut untuk hanya memahami saja tanpa terlibar secara langsung dalam mengaplikasikan sebuah situasi baru.
2.      Membahas tentang sifat seorang guru, guru seharusnya tidak berperan sebagai orang yang kaku dan harus ditakuti, guru seharusnya berperan sebagai teman bagi peserta didiknya sehingga peserta didik dapat beriteraksi dengan baik dalam membina pengetahuan baru.
3.      Guru itu panutan bagi siswanya, kadang ada guru yang sering berkata kasar di depan siswanya, jika metode ini maka siswa berbicara kotor dengan alasan meniru guru.

b.        Kelebihan
1.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan dengan menggunakan bahasa siswa sendiri,
2.      Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan siswa yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka dan memiliki kesempatan untuk merangkai pengetahuannya
3.      Memberi kesempatan siswa untuk berpikir tentang pengalamannya. Sehingga kreatif dan imajinatif
4.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar
5.      Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka
c.       Memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan dan saling menyimak







BAB III
PENUTUP


3.1              Simpulan
      Gagasan awal belajar merupakan langkah atau tahap awal dalam belajar. Dimana sebagai pengajar harus menentukan terlebih dahulu metode apa yang akan di gunakan dalam proses belajar dan mengajar. Dengan demikian proses belajar mengajar akan berjalan lancar dan sesuai dengan harapan.
      Bhaviorisme terhadap belajar adalah pemahaman terhadap kejadian-kejadian di lingkungan untuk memprediksi perilaku seseorang. Fokus behaviorisme adalah respons terhadap berbagai tipe stimulus
      Belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar.
      Kontruktivisme adalah sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Apa yang dilalui dalam proses pembelajaran selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman.


1.2              Saran
Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirian bukan ditanamkan oleh guru. Para siswa harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru kedalam kerangka kognitifnya.
Guru harus memahami model-model mental yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkan dan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-model itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar