BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam
yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits adalah agama dakwah. Yang dimaksud
agama dakwah, kata Max Muller, agama yang di dalamnya usaha menyebarluaskan
kebenaran dan mengajak orang-orang yang belum mempercayainya dianggap sebagai
tugas suci oleh pendirinya atau oleh para penggantinya. Semangat memperjuangkan
kebenaran itulah yang tak kunjung padam dari jiwa para penganutnya, sehingga
kebenaran itu terwujud dalam pikiran, kata-kata dan perbuatan, semangat yang
membuat mereka sangat tidak puas sampai berhasil menanamkan nilai kebenaran itu
ke dalam jiwa setiap orang, sehingga apa yang diyakini sebagai kebenaran di
terima oleh seluruh manusia.
Perkembangan
Islam pada masa Rasulullah melalui berbagai macam cobaan tantangan yang
dihadapi untuk menyebarkannya. Islam berkembang dengan pesat hampir semua
lapisan masyarakat dipegang dan di kendalikan oleh Islam. Hal itu tentunya
tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam mempertahankan dan
juga menyebarkan Islam sebagai agama Tauhid yang diridhoi. Perkembangan Islam
pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan peradaban kearah yang lebih
maju. Maka tidak heran para sejarawan mencatat bahwa Islam pada zaman Rasulullah
merupakan Islam yang luar biasa pengaruhnya.
Makkah
merupakan tempat pertama yang di dakwah oleh Rasulullah. Makkah adalah lembah
yang sangat tandus, kondisi geografis seperti inilah berpengaruh besar dalam
membentuk sikap dan watak masyarakatnya. Pada umumnya, penduduk Makkah
bertempramen buruk dan tidak mampu berpikir secara mendalam. Sehingga hal itu
berpengaruh pada watak dan perilaku mereka yang cenderung lebih agresif, egois,
keras kepala serta tidak mudah bagi mereka untuk dapat menerima pendapat atau
keyakinan orang lain. Adapun cirri-ciri masyarakat Makkah ketika itu adalah
menyembah berhala, membunuh dan berperang serta berzina. Selain itu, mereka
juga senang mengubur anak perempuan hidup-hidup karena pada masa itu melekat
sebuah anggapan bahwa mempunyai anak perempuan merupakan sebuah kehinaan yang
mendalam. Hadirnya Rasulullah SAW. di lingkungan tersebut, maka sedikit demi
sedikit merubah budaya-budaya yang tidak memanusiakan manusia dalam artian
budaya-budaya yang mengarah kepada keburukan menjadi budaya-budaya yang
mengarah kepada kebaikan dalam agama Islam.
B.
Rumusan Masalah
Melihat
latar belakang yang dipaparkan di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian
Makkah ?
2.
Bagaimana perkembangan
Islam di periode Makkah ?
3.
Keberasilan dan pengaruh dakwa islam ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui apa yang dimaksud Makkah
2.
Untuk
mengetahui bagaimana perkembangan Islam pada priode Makkah
3.
Untuk
mengetahui keberhasilan dan pengaruh dakwah Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Makkah
Makkah
merupakan sebuah kota utama yang sangat penting dan terkenal di antara
kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota
ini juga dilalui jalur perdagangan yang ramai, menghubungkan Yaman di selatan
dan Syiria di utara. Kota ini menjadi tujuan utama kaum muslimin dalam
menunaikan ibadah haji. Di kota ini terdapat sebuah bangunan utama yang bernama
Masjidil Haram dengan Ka’bah di dalamnya. Bangunan Ka’bah ini dijadikan patokan
arah kiblat untuk ibadah shalat Umat Islam di seluruh dunia. Kota ini merupakan
kota suci Umat Islam dan tempat lahirnya Rasulullah SAW.[1]
B.
Perkembangan
Islam di Periode Makkah
Sebelum
masa masuknya Islam di Makkah, kebanyakan kaum Arab beribadat dengan cara melakukan
penyembahan berhala dan mereka menjadikan Ka’bah sebagai pusat peribadatan
mereka, hal tersebut bisa dikatakan sudah cukup lama berlangsung sampai Rasulullah
SAW. datang dan membawa keyakinan lain yaitu ketauhidan atau mengesakan Allah
SWT.[2]
Rasulullah
SAW. datang menjelang usianya yang keempat puluh, ia berkontemplasi ke gua
Hira, beberapa kilometer di Utara Makkah. Di sana Rasulullah mula-mula
berjam-jam kemudian berhari-hari bertafakkur. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun
611 M, Malaikat Jibril muncul di hadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang
pertama yakni pada Surah Al A’laq: 1-5
Inilah
ayat-ayat al Quranul Karim yang mula-mula diturunkan. Dan mengatakan bahwa
ayat-ayat ini belum menyuruh Rasulullah menyeru manusia kepada suatu agama
Allah, dan belum pula memberitahukan kepadanya bahwa dia adalah utusan Allah.
Akan tetapi ayat–ayat itu mempunyai pesan yang luar biasa, yang belum diketahui
oleh Rasulullah. Itulah sebabnya maka ia segera kembali ke rumahnya dalam
keadaan gemetar, apalagi dia dipeluk dengan keras oleh Jibril beberapa kali,
kemudian dilepaskan dan disuruhnya membaca, seperti disebutkan di atas.[3]
Setelah
Jibril turun membawa wahyu yang pertama, dia tidak muncul lagi untuk beberapa
lama. Rasulullah menanti-nantikan kedatangannya dan selalu datang ke gua Hira.
Pada suatu hari kedengaranlah oleh beliau bunyi suara dari langit lalu
diangkatkannya kepalanya ke atas, maka kelihatanlah oleh beliau malaikat
Jibril. Melihat pemandangan itu, tubuh beliau berasa gemetar. Beliau pulang ke
rumahnya dalam keadaan takut. Sesampainya di rumah, beliau terus tidur sambil
berkata kepada keluarganya :
“Selimutilah aku! Selimutilah aku!”
Maka
diselimutilah oleh mereka. Dalam keadaan seperti itu, datanglah Jibril menyampaikan
wahyu Allah kepada beliau yakni surah Al Muddattsir: 1-7
Dengan
turunnya perintah ini, maka mulailah Rasulullah berdakwah. Untuk mengawali
dakwah tersebut, ada berbagai periode dakwah yang dilakukan oleh beliau
diantaranya: [4]
1.
Periode dakwah
secara diam-diam atau rahasia
Pada periode ini, tiga tahun pertama, dakwah Islam dilakukan secara
sembunyi-sembunyi atau rahasia. Rasulullah SAW. mulai melaksanakan dakwah Islam
di lingkungan sendiri dan di kalangan sahabat-sahabat karibnya. Karena itulah,
orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat
dekatnya. Mula-mula isterinya sendiri yaitu Siti Khadijah, kemudian saudara
sepupunya Ali bin Abi Thalib yang pada waktu itu baru berumur 10 tahun. Lalu
Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman, pengasuh Rasulullah
sejak ibunya Aminah masih hidup, juga termasuk orang yang pertama masuk Islam.
Kemudian Rasulullah juga menyeru Abu Bakar. Hubungan Rasulullah dengan Abu
Bakar sangat erat karena sejak masa kanak-kanak mereka bersahabat baik, karena
itulah, Abu Bakar pun segera masuk Islam dan ikut menyerukan agama Islam.
Banyak orang yang masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar. Mereka
terkenal dengan julukan “Assabiqunal Awwalun” (orang-orang yang lebih dahulu
masuk Islam). Mereka ialah : Utsman ibnu Affan, Zubair ibnu Awwam, Abdurrahman
ibnu ‘Auf, Sa’ad ibnu Abi Waqqash, Thalhah ibnu Ubaidillah, Abu ‘Ubaidah Ibnul
Jarrah dan Al Arqam ibnu Abil Arqam. Mereka dibawa Abu Bakar langsung kepada Rasulullah
dan masuk Islam di hadapan Rasulullah sendiri. Selain itu, banyak pula hamba
sahaya dan orang-orang miskin yang masuk Islam.
2.
Periode dakwah
secara terang-terangan dan terbuka
Setelah beberapa lama berdakwah secara diam-diam selama tiga tahun,
kemudian sesudah itu Rasulullah mengerjakan secara terang-terangan. Hal ini
dilakukan Rasulullah atas dasar perintah dari Allah SWT. dalam Surah Al Hijr:
94.
Dengan turunnya wahyu tersebut, maka Rasulullah mengajak kepada
semua orang tanpa kecuali untuk masuk ke dalam Islam.[5] Mula-mula ia mengumpulkan dan menyeru
kerabat karibnya dari Bani Abdul Muthalib. Ia mengatakan kepada mereka, “Saya
tidak pernah melihat seorang di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke
tengah-tengah mereka lebih baik dari apa yang saya bawa kepada kalian.
Kubawakan kepadamu dunia dan akhirat yang terbaik. Allah memerintahkan saya
mengajak kalian semua. Siapakah diantara kalian yang mau mendukung saya dalam
hal ini?” [6]
Perkataan Rasulullah ini disambut dengan baik dan dibenarkan oleh
sebahagian dari mereka seperti Ali, tetapi sebahagian yang lain mendustakaannya,
seperti Abu Lahab paman Rasulullah sendiri yang sangat mendustakan dan demikian
juga isteri Abu Lahab.
Pada
kesempatan itu, Abu Lahab berkata: “Celakalah engkau hai Muhammad, untuk inikah
engkau mengumpulkan kami?”
Dengan perilaku Abu Lahab dan isterinya tersebut maka, turunlah Surah
Al Lahab: 1-5.
Langkah dakwah seterusnya yang diambil Rasulullah adalah menyeru
masyarakat umum. Rasulullah mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada
Islam dengan terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya.
Mula-mula ia menyeru penduduk Makkah, kemudian penduduk negeri-negeri lain. Di
samping itu, ia juga menyeru orang-orang yang datang ke Makkah, dari berbagai
negeri untuk mengerjakan haji. Kegiatan dakwah dijalankannya tanpa mengenal
lelah. Dengan usahanya yang gigih, hasil yang diharapkan mulai terlihat. Jumlah
pengikut Rasulullah yang tadinya hanya belasan orang, makin hari makin
bertambah.
Setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai berusaha
menghalangi dakwah Rasulullah. Semakin bertambahnya jumlah pengikut Rasulullah
semakin keras tantangan yang dilancarkan kaum Quraisy. Menurut Ahmad Syalabi,
ada lima faktor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan Islam itu yaitu:[7]
a.
Persaingan
berebut kekuasaan
Kaum Quraisy tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan.
Mereka mengira bahwa tunduk kepada agama seruan Rasulullah berarti tunduk
kepada kekuasaan Bani Abdul Muthalib. Sedang suku-suku Arab selalu bersaing
untuk merebut kekuasaan
b.
Penyamaan hak
antara bangsawan dan hamba sahaya
Rasulullah SAW. menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba
sahaya. Hak sama ini adalah suatu dasar yang penting dalam agama Islam. Hal inilah
yang tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy untuk menganut agama Islam,
karena mereka anggap akan meruntuhkan tradisi-tradisi dan dasar-dasar kehidupan
mereka.
c.
Takut dibangkit
Agama Islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat manusia akan
dibangkit dari kuburnya, dan mengatakan bahwa semua perbuatan manusia akan
dihisab. Orang yang berbuat baik, kebaikannya itu akan dibalas, sebagaimana
orang yang berdosa akan disiksa, karena kejahatan-kejahatan dan dosa-dosanya.
Untuk itulah, para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang
kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat[8]
d.
Taklid kepada
nenek moyang
Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat berakar
pada bangsa Arab. Karena itu, amat beratlah terasa oleh mereka meninggalkan
agama nenek moyang dan mengikuti agama baru itu
e.
Memperniagakan
patung
Ini adalah sebab materi. Orang Arab kebanyakan memahat patung yang
menggambarkan dewa al Lata, al ‘Uzza, Manah dan Hubal. Patung-patung itu mereka
jual kepada jama’ah-jama’ah haji. Mereka membelinya untuk mengharapkan berkat,
atau untuk kenang-kenangan. Tetapi agama Islam melarang memahat patung, menjual
patung dan apalagi sampai menyembahnya. Karena itu banyak pemahat dan penjual
patung menandang Islam sebagai penghalang rezeki dan akan menyebabkan
perniagaan mereka mati dan lenyap.
Karena itu, banyak cara yang ditempuh para kaum Quraisy untuk
mencegah dakwah Rasulullah. Pertama-tama mereka mengira bahwa, kekuatan Rasulullah
terletak pada perlindungan dan pembelaan Abu Thalib yang amat disegani itu. Karena
itu, mereka menyusun siasat bagaimana melepaskan hubungan Rasulullah dengan Abu
Thalib dan mengancam dengan mengatakan:
“Kami
minta Anda memilih satu di antara dua: memerintahkan Muhammad berhenti dari
dakwahnya atau Anda menyerahkannya kepada kami. Dengan demikian, Anda akan
terhindar dari kesulitan yang tidak diinginkan. “Tampaknya, Abu Thalib cukup
terpengaruh dengan ancaman tersebut, sehingga mengharapkan Muhammad
menghentikan dakwahnya. Namun, Nabi menolak dengan mengatakan: “Demi Allah saya
tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah ini, walaupun seluruh anggota
keluarga dan sanak keluarga akan mengucilkan saya. “Abu Thalib sangat terharu
mendengar jawaban kemenakannya itu, kemudian berkata: “Teruskanlah, demi Allah
aku akan terus membelamu.” [9]
Dari
kutipan tersebut menurut kelompok kami, siasat atau rencana yang diawali dengan
niat yang tidak baik pada akhirnya tidak akan pula menuai hasil yang baik
sesuai dengan yang diinginkan, dan kita selaku umat manusia alangkah baiknya
apabila mengikuti sifat Rasulullah yang dengan tegasnya dan tanpa rasa takut
dalam dirinya, beliau tetap memperjuangkan amanat Allah yang diberikan
kepadanya meskipun ditentang oleh banyak pihak.
Merasa gagal dengan cara ini, kaum Quraisy kemudian mengutus Walid
ibn Mughirah dengan membawa Umarah ibn Walid, seorang pemuda yang gagah dan
tampan, untuk dipertukarkan dengan Muhammad. Walid ibn Mughirah berkata kepada
Abu Thalib: “Ambillah dia menjadi anak saudara, tetapi serahkan Muhammad kepada
kami untuk kami bunuh.” Usul ini langsung ditolak keras oleh Abu Thalib.
Untuk
kali berikutnya, mereka langsung kepada Rasulullah. Mereka mengutus Utbah ibn
Rabiah, seorang ahli retorika, untuk membujuk Rasulullah. Mereka menawarkan
tahta, wanita dan harta, asal Rasulullah bersedia menghentikan dakwahnya. Semua
tawaran itu ditolak Rasulullah dengan mengatakan: “Demi Allah, biar pun mereka
meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak
akan berhenti melakukan ini, hingga agama ini menang atau aku binasa
karenanya”.[10]
Setelah
cara-cara diplomatik dan bujuk rayu yang dilakukan oleh kaum Quraisy gagal,
tindakan-tindakan kekerasan secara fisik yang sebelumnya sudah dilakukan
semakin ditingkatkan. Tindakan kekerasan itu lebih intensif dilaksanakan
setelah mereka mengetahui bahwa di lingkungan rumah tangga mereka sendiri sudah
ada yang masuk Islam. Budak-budak yang selama ini mereka anggap sebagai harta,
sekarang sudah ada yang masuk Islam dan mempunyai kepercayaan yang berbeda
dengan tuan mereka. Budak-budak itu disiksa tuannya dengan sangat kejam. Para
pemimpin Quraisy juga mengharuskan setiap keluarga untuk menyiksa anggota
keluarganya yang masuk Islam sampai dia murtad kembali.
Kekejaman
yang dilakukan oleh penduduk Makkah terhadap kaum Muslimin itu, mendorong Rasulullah
untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya ke luar Makkah. Rasulullah menetapkan
Habsyah (Ethiopia) sebagai negeri tempat pengungsian, karena Negus (raja)
negeri itu adalah seorang yang adil. Rombongan pertama sejumlah sepuluh orang
pria dan empat orang wanita, diantaranya Usman ibn Affan beserta isterinya
Rukayah puteri Rasulullah, Zubair ibn Awwam dan Abdurrahman ibn ‘Auf. Kemudian,
menyusul rombongan kedua sejumlah hamper seratus orang, dipimpin oleh
Ja’far ibn Abu Thalib. Usaha orang-orang Quraisy untuk menghalangi hijrah ke
Habsyah ini, termasuk membujuk Negus agar menolak kehadiran umat Islam
di sana, gagal. Di samping itu, semakin kejam mereka memperlakukan umat Islam,
semakin banyak orang yang masuk agama ini. Bahkan, di tengah meningkatnya kekejaman
itu, dua orang kuat Quraisy masuk Islam, yaitu Hamzah ibn Abdul Muthalibdan
Umar ibn Khattab. Dengan masuknya Islam kedua tokoh besar ini posisi umat Islam
semakin kuat.
Menguatnya
posisi umat Islam memperkeras reaksi kaum kafir Quraisy. Mereka menempuh cara
baru dengan melumpuhkan kekuatan Rasulullah yang bersandar pada perlindungan
Bani Hasyim. Dengan demikian, untuk melumpuhkan kaum Muslimin yang dipimpin
oleh Rasulullah, mereka harus melumpuhkan Bani Hasyim terlebih dahulu secara
keseluruhan. Cara yang ditempuh ialah pemboikotan. Mereka memutuskan segala bentuk
hubungan dengan suku ini. Tidak seorang pun penduduk Makkah diperkenankan
melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Persetujuan dibuat dalam
bentuk piagam dan ditanda tangani bersama dengan disimpan di dalam Ka’bah.
Akibat boikot tersebut, Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan dan
kesengsaraan yang tak ada bandingannya. Untuk meringankan penderitaan itu, Bani
Hasyim akhirnya pindah ke suatu lembah di luar kota Makkah. Tindakan
pemboikotan yang dimulai pada tahun ke-7 kenabian ini berlangsung selama tiga
tahun. Ini merupakan tindakan paling menyiksa dan melemahkan umat Islam. [11]
Pemboikotan
itu baru berhenti setelah beberapa pemimpin Quraisy menyadari bahwa apa yang
mereka lakukan sungguh suatu tindakan yang keterlaluan. Setelah boikot dihentikan,
Bani Hasyim seakan dapat bernafas kembali dan pulang ke rumah masing-masing.
Setelah
sepuluh tahun Rasulullah menyeru kepada agama Islam, beliau kehilangan dua
orang yang sangat mendukungnya dalam menyebarkan agama Islam, yaitu Abu Thalib paman
Rasulullah yang merupakan pelindung utamanya, meninggal dunia dalam usia 87
tahun. Tiga hari setelah itu, Khadijah isteri Rasulullah, meninggal dunia pula.
Tahun ini merupakan tahun kesedihan bagi Rasulullah SAW. sepeninggal dua
pendukung itu, kafir Quraisy tidak segan-segan lagi melampiaskan nafsu
amarahnya terhadap Rasulullah. Melihat reaksi penduduk Makkah demikian rupa, Rasulullah
kemudian berusaha menyebarkan Islam ke luar kota Makkah, dengan pengharapan
akan dapat menemukan suatu tempat yang sesuai untuk dijadikan pusat dakwah. Namun,
di kota tersebut yaitu kota Thaif, Rasulullah diejek, disoraki, dan dilempari
batu, bahkan sampai terluka di bagian kepala dan badannya. Rasulullah tidak
berputus asa, biarpun dalam kesulitan yang semacam itu. Rasulullah hanya
berseru:
“Ya
Tuhanku! Aku tidak akan mempedulikan kesulitan-kesulitan semacam ini selama
Engkau tidak marah kepadaku!”[12]
Sesudah
peristiwa yang disebutkan itu, Rasulullah menjuruskan dakwah kepada
jama’ah-jama’ah haji. Beliau temui jama’ah-jama’ah yang berdatangan dari
seluruh penjuru tanah Arab itu. Sementara itu, kaum Quraisy sendiri tanpa
mereka sengaja telah turut pula mempropogandakan seruan Islam kepada
jama’ah-jama’ah haji itu. Kaum Quraisy mengatakan kepada jama’ah-jama’ah haji
agar tidak tertipu dengan seruan Rasulullah. Dikatakannya Rasulullah itu orang
gila, juru sihir dan lain sebagainya.
Akan
tetapi campur tangan kaum Quraisy menimbulkan keinginan jama’ah-jama’ah haji
hendak menemui Rasulullah agar mereka dapat melihat sendiri penyeru agama baru
itu. Mereka akan menguji sampai dimana kebenaran ucapan kaum Quraisy berkenaan
dengan Rasulullah dan seruannya itu.
Jadi,
Rasulullah SAW. yang sedianya akan berusaha menemui orang, sekarang oranglah
yang berdatangan menemuinya, ada yang dengan sembunyi-sembunyi dan ada pula
yang secara terang-terangan.
Mereka
datang dengan maksud akan melihat orang gila. Akan tetapi, bukan orang gila
yang mereka temui. Yang mereka temui adalah orang yang paling cerdas akal dan
pikirannya diantara semua hamba Allah. Mereka hendak melihat seorang juru
sihir, tetapi yang mereka jumpai adalah seorang yang selama hidupnya jauh dari
sihir dan mantera.
Dengan
menjumpai Rasulullah, mereka dapat mendengar al Quranul Karim, dapat mendengar
seruan, buah pikiran, agama, dan filsafat Rasulullah. Maka mulailah bersemi
perasaan cinta dan hormat kepada Rasulullah dalam dada mereka.
Dalam
suasana yang disebutkan di atas, setahun sebelum Rasulullah berhijrah ke kota
Madinah, Rasulullah diperintahkan oleh Allah untuk menjalani Isra’ dan Mi’raj.
Berita tentang Isra’ dan Mi’raj ini menggemparkan masyarakat Makkah. Rasulullah
SAW. menceritakan pada suatu pagi bahwa beliau malam tadi dibawa oleh Jibril ke
Masjid Aqsha di Palestina, dari sana beliau naik ke atas langit dan di malam
itu juga beliau kembali ke Makkah. Kejadian Isra’ dan Mi’raj ini terjadi pada
malam 17 Rajab tahun kesebelas kenabiannya (sekitar 621 M) ditempuh dalam waktu
satu malam.[13]
Kaum
Quraisy amat gembira mendengar cerita Rasulullah ini, karena hal ini menurut
mereka dapat dijadikan bukti yang jelas tentang kedustaan dan kepalsuan seruan Rasulullah.
Cerita yang menurut mereka amat berlebih-lebihan dan melampaui batas ini akan
menjadi sebab yang dapat menjauhkan orang dari Rasulullah dan orang yang masih
ragu-ragu akan segera meninggalkan Rasulullah, dan tidak akan memikirkan lagi
untuk mengikuti dan menerima agamanya. Namun, perkiraan kaum Quraisy meleset.
Akan tetapi, peristiwa Isra’ dan Mi’raj tetap mereka jadikan bahan untuk
memfitnah Rasulullah, dan menuduhnya sebagai seorang pendusta, gila dan
lain-lain sebagainya.
Kenyataannya,
bahwa fitnah dan tuduhan ini semakin menambah perhatian manusia kepada Rasulullah.
Mereka bertambah ingin hendak berkenalan dengan Rasulullah, agar dapat pula
mendengarkan apa yang dituturkan mengenai agama baru itu.
Setelah
peristiwa Isra’ dan Mi’raj itu, Rasulullah kemudian memutuskan untuk
mengembangkan Islam ke daerah lain yakni ke Madinah, beliau beserta kaumnya
hijrah ke Madinah. Dengan berpindahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah, maka
berakhirlah periode pertama perjalanan dakwah beliau di kota Makkah. Kurang
lebih tiga belas tahun lamanya, beliau berjuang antara hidup dan mati
menyerukan agama Islam di tengah masyarakat Makkah dengan jihad kesabaran,
harta benda, jiwa dan raga.
C.
Keberasilan
Dan Pengaruh Dakwa Islam
Sepatutnya kita memberikan perhatian
sekilas terhadap aktivitas agung yang menjadi inti kehidupan Rasulullah dan
yang membedakan beliau dari seluruh Nabi dan Rasul, sehingga Allah mengangkat
beliau sebagai pemimpin orang-orang terdahulu maupun orang-orang di kemudian
hari. Dikatakan kepada Rasulullah saw: “Wahai
orang yang berselimut, bangunlah (untuk shalat), di malam hari, kecuali sedikit
(daripadanya).” (al-Muzzamil: 1-2)
“Wahai
orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan!” (al-Muddatstsir:
1-2) Maka, beliau pun bangkit dan terus
bangkit lebih dari dua puluh tahun, memikul beban amanat besar di bumi ini,
seluruh beban aqidah, beban perjuangan dan jihad di berbagai medan. Beliau
memikul beban perjuangan dan jihad di medan perasaan manusia yang tenggelam
dalam angan-angan dan konsepsi jahiliyah serta terbelenggu oleh kehidupan dunia
dan syahwat. Ketika perasaan manusia berhasil dibersihkan dari noda-noda
jahiliyah dan kehidupan dunia, mulailah peperangan lain di medan yang lain
pula, bahkan peperangan ini tiada putus-putusnya. Yaitu, peperangan melawan
musuh-musuh da’wah Islam yang bersekongkol untuk menghancurkan da’wah ini
sampai ke akarnya sebelum berkembang dan kokoh akarnya. Peperangan di jazirah
Arab hampir saja berakhir, Romawi sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi
umat yang baru ini serta menghadangnya di perbatasan bagian utara. Ketika semua
ini berlangsung, peperangan pertama yaitu peperangan perasaan tidaklah
berhenti, karena peperangan ini bersifat abadi, peperangan melawan syaithan.
Sesaat pun syaithan tidak akan pernah meninggalkan aktivitasnya di dalam hati
manusia. Di sanalah, Muhammad saw bangkit menyerukan da’wah Allah, dan
melakukan peperangan yang tiada henti-hentinya di berbagai medan. Beliau
berjuang menghadapi kesulitan hidup, padahal dunia berada di hadapannya. Beliau
berjuang keras tidak kenal lelah, ketika orang-orang mu’min beristirahat
menikmati ketenangan dan ketentraman. Semua itu beliau lakukan dengan semangat
yang tak pernah kendor dan kesabaran tinggi. Beliau berjuang dalam melakukan
qiyamul lail dan beribadah kepada Rab-Nya, membaca Al-Qur’an, dan bermunajat
kepada-Nya sebagaimana yang diperintah-Nya.
Demikianlah, beliau hidup dalam perjuangan dan peperangan
yang tiada henti-hentinya lebih dari dua puluh tahun. Selama itu, tidak pernah
melalaikan suatu urusan karena sibuk dengan urusan yang lain. Sehingga, da’wah
meraih suatu keberhasilan yang gemilang, sulit dicerna oleh akal manusia.
Jazirah Arab tunduk kepada da’wah Islam, debu-debu jahiliyah tidak berhamburan
lagi di kawasan jazirah Arab, dan akal yang menyimpang telah lurus kembali.
Sehingga, berhala-berhala ditinggalkan, bahkan dihancurkan. Udarapun dipenuhi
oleh gema suara tauhid. Suara adzan terdengar membelah angkasa di celah-celah
padang pasir yang telah dihidupkan oleh iman yang baru. Para da’i bertolak ke
arah utara dan selatan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan menegakkan
hukum-hukum Allah. Berbagai bangsa dan kabilah bertebaran di mana-mana bersatu
padu. Manusia pun keluar dari penyembahan terhadap hamba menuju peribadatan
kepada Allah. Di sana, tidak ada pihak yang memaksa dan dipaksa, tidak ada tuan
dan hamba, penguasa dan rakyat, orang yang zhalim dan terzhalimi. Semuanya
adalah hamba Allah, bersaudara dan saling mmencintai, dan melaksanakan
hukum-hukum Allah. Allah telah menyingkirkan penyaki-penyakit jahiliyah dan
pengagungan terhadap nenek moyang dari diri mereka. Di sana, tidaka ada
kelebihan yang dimiliki oleh orang yang berkulit merah atas orang berkulit
hitam, kecuali ketaqwaannya. Seluruh manusia adalah anak keturunan Adam, dan
adam tercipta dari tanah. Berkat da’wah Islam, terwujudlah kesatuan Arab,
keadilan sosial, kebahagiaan manusia dalam segala urusan dunia dan akhirat.
Perjalanan hari dan wajah bumi pun berubah, demikian garis sejarah dan pola
pikir. Sebelum ada da’wah Islam, dunia di kuasai oleh semangat kejahiliyahan,
sehingga perasaannya memburuk, jiwanya membusuk, nilai-niali moral dan
norma-norma sosialnya jadi kacau, dipenuhi kezhaliman dan perbudakan,
dirongrong oleh gelombang kemewahan dan kemiskinan, diliputi oleh kekufuran,
kesesatan dan kegelapan, meskipun pada saat itu sudah terdapat agama-agama
langit. Namun, agama itu telah jauh diselewengkan oleh manusia, sehingga
menjadi lumpuh, tidak berdaya menguasai manusia dan berubah menjadi beku, tidak
hidup dan tidak memiliki ruh. Setelah da’wah Islam tampil dan memainkan
perannya dalam kehidupan manusia, jiwa manusia menjadi bersih dari khayalan dan
khurafat, perbudakan, kerusakan dan kebusukan, kekotoran dan kemerosotan.
Masyarakat pun menjadi bersih dari kezhaliman dan kesewenang-wenangan,
perpecahan dan kehancuran, perbedaan kelas, kediktatoran penguasa, dan
pelecehan para dukun. Da’wah ini tampil membangun dunia di atas kesucian dan
kebersihan, hal-hal yang bersifat positip dan membangun, kebebasan dan
pembaruan, pengetahuan dan keyakinan, kepercayaan, keadilan, kehormatan, serta
kinerja yang berkesinambungan untuk meningkatkan taraf kehidupan dan menjamin
setiap orang untuk memperoleh hak-hak dalam kehidupan. Berkat
perkembangan-perkembangan ini, jazirah Arab mengalami suatu kebangkitan yang
penuh berkah, yang belum pernah dialaminya sejak adanya bangunan di atas
jazirah tersebut.[14]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
hasil pembahasan di atas, maka kami dapat menyimpulkan:
Makkah
merupakan sebuah kota yang menjadi tujuan utama kaum muslimin dalam menunaikan
ibadah haji. Di kota ini terdapat sebuah bangunan utama yang bernama Masjidil
Haram dengan Ka’bah di dalamnya. Bangunan Ka’bah ini dijadikan patokan arah
kiblat untuk ibadah shalat Umat Islam di seluruh dunia.
Perkembangan
Islam di kota Makkah tidak berlangsung lancar, karena kepercayaan kaum Quraisy
saat itu sangat bertentangan dengan ajaran Islam yaitu menyembah berhala yang
sudah berurat berakar dari nenek moyangnya.
Setelah
Rasulullah SAW. datang dengan membawa keyakinan yaitu ketauhidan atau
mengesakan Allah SWT. dan setelah Rasulullah menerima wahyu yang kedua dari
Allah, barulah beliau mulai menyerukan agama Islam dengan melakukan dua periode
dakwah: pertama, periode dakwah secara diam-diam atau rahasia; kedua, periode
dakwah secara terang-terangan atau terbuka.
Banyak
orang yang telah mendapat seruan Rasulullah, setelah Rasulullah melakukan dua
periode dakwah tersebut diantaranya: Siti Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid, Ummu
Aiman, Abu Bakar. Dan ada juga yang terkenal dengan julukan “Assabiqunal
Awwalun” (orang-orang yang lebih dahulu masuk Islam). Mereka ialah : Utsman
ibnu Affan, Zubair ibnu Awwam, Abdurrahman ibnu ‘Auf, Sa’ad ibnu Abi Waqqash,
Thalhah ibnu Ubaidillah, Abu ‘Ubaidah Ibnul Jarrah dan Al Arqam ibnu Abil Arqam,
dan lain-lain.
Namun,
setelah kaum Quraisy mengetahui seruan Rasulullah tersebut yang telah banyak
mempengaruhi orang Makkah masuk agama Islam, maka kaum Quraisy menentang agama
tersebut. Adapun faktor yang mendorong kaum Quraisy menentang seruan Islam
antara lain: Persaingan berebut kekuasaan, penyamaan hak antara bangsawan dan
hamba sahaya, takut dibangkit, taklid kepada nenek moyang, memperniagakan
patung.
Memang
banyak rintangan yang dihadapi Rasulullah dalam berjuang mendakwahkan Islam,
namun pada akhirnya banyak pula masyarakat Makkah yang memeluk Islam, terutama
dari kalangan budak, kebanyakan dari merekapun di siksa tuannya. Kejadian
tersebut menyadarkan masyarakat untuk memeluk agama Islam karena mereka
beranggapan bahwa kaum Quraisy adalah kaum yang kejam.
Adapun
peristiwa yang terjadi di Makkah setelah datangnya Islam adalah menyeru Bani
Muthalib, hijrah ke Habasyah, pemboikotan Bani Hisyam dan peristiwa Isra’ dan
Mi’raj.
Dan
setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj tersebut, Rasulullah SAW. kemudian
memutuskan untuk mengembangkan Islam ke daerah lain yakni ke Madinah, beliau
beserta kaumnya hijrah ke Madinah.
B.
Saran
Demikianlah
makalah yang kami susun ini, semoga dengan makalah ini para pembaca begitu pula
bagi penyusunnya sendiri dapat mengetahui dan memahami tentang bagaimana awal
dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah agar kita bertambah cinta kepada beliau.
Jangan pernah berhenti untuk mempelajarinya, karena makalah kami ini di
dalamnya banyak terdapat ilmu yang dapat dipetik.
Adapun
kekurangan dari makalah ini, kami mohon maaf. Maka dari itu, kami sangat
mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca yang sifatnya membangun, demi
untuk menyusun makalah selanjutnya.
[1] http://rofiudin23.wordpress.com/2013/02/25/sejarah-kota-mekah-sebagai-tanah-haram/. Diakses
tanggal 03 Maret 2016, pukul 20.35 WITA.
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II. (Jakarta:
Rajawali Pers. 2013), h. 87
[3] A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 1. (Jakarta:
PT. Pustaka Al Husna Baru. 2003), h. 85
[4] Badri Yatim, Op.cit., h. 89
[5] Ibid,. h. 91.
[6] A. Syalabi, Op. cit., h. 87-90.
[7] A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 1.( Jakarta:
PT. Pustaka Al Husna Baru. 2003), h. 40
[8] Ibid., h. 42
[9]
Ibid,. h. 47
[10] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007), h. 31
[11] Ibid,. h. 39.
[12] A. Syalabi, Op.cit,. h. 49
[13] A. Syalabi, Op.cit., h.
51
[14] https://hendra-lumajang.blogspot.com/2010/11/makalah-tentang-perkembangan-islam-dan.html?m=1.
Diakses tanggal 03 Maret 2016, pukul 21.03 WITA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar